Kamis, 10 Oktober 2019

patofisiologi tbc

Patofisiologi Tuberkulosis paru (TB paru) melibatkan inhalasi Mycobacterium tuberculosis, suatu basil tahan asam (acid-fast bacilli). Setelah inhalasi, ada beberapa kemungkinan perkembangan penyakit yang akan terjadi, yaitu pembersihan langsung dari bakteri tuberkulosis, infeksi laten, atau infeksi aktif.

Ketika seorang pengidap TB paru aktif batuk, bersin, menyanyi, atau meludah, orang ini dapat mengeluarkan titik-titik air liur kecil (droplets) ke udara bebas.  Droplets yang berisi Mycobacterium tuberculosis ini, apabila terinhalasi orang lain akan masuk sampai di antara terminal alveoli paru. Organisme kemudian akan tumbuh dan berkembang biak dalam waktu 2-12 minggu sampai jumlahnya mencapai 1000-10.000. Jumlah tersebut akan cukup untuk mengeluarkan respon imun seluler yang mampu dideteksi melalui reaksi terhadap tes tuberkulin. Namun, tubuh tidak tinggal diam, dan akan mengirimkan pertahanan berupa sel-sel makrofag yang memakan kuman-kuman TB ini.  Selanjutnya, kemampuan basil tahan asam ini untuk bertahan dan berproliferasi dalam sel-sel makrofag paru menjadikan organisme ini mampu untuk menginvasi parenkim, nodus-nodus limfatikus lokal, trakea, bronkus (intrapulmonary TB), dan menyebar ke luar jaringan paru (extrapulmonary TB). Organ di luar jaringan paru yang dapat diinvasi oleh Mycobacterium tuberculosis diantaranya adalah sum-sum tulang belakang, hepar, limpa, ginjal, tulang, dan otak.  Penyebaran ini biasanya melalui rute hematogen.
Apabila terjadi keterlibatan multi organ, maka TB paru akan memerlukan pengobatan yang lebih lama, hal ini biasanya sebagai konsekuensi terhadap ketidakpatuhan penderita terhadap tatalaksana pengobatan TB, atau keterlambatan diagnosis.

Kompleks Ghon
Lesi tipikal TB dinamakan granuloma epiteloid dengan nekrosis kaseosa di sentralnya. Lesi ini paling sering berada diantara makrofag alveolar dalam daerah subpleura paru. Basil tahan asam berproliferasi secara lokal dan menyebar melalui sistem limfatik ke hilar nodus, membentuk kompleks Ghon. Lesi pertamanya mungkin sembuh dengan sendirinya, dan infeksinya dapat menjadi laten sebelum gambaran klinisnya tampak. Lesi-lesi yang kecil mungkin dapat sembuh secara total.
Fibrosis dapat terbentuk ketika enzim hidrolitik melarutkan dan meluluhkan lesi granuloma TB, dimana lesi yang lebih besar akan dibungkus oleh kapsul fibrotik. Nodul-nodul fibrokaseosa ini biasanya berisi basil TB hidup, dan merupakan lokus-lokus yang tahan lama, serta berpotensi untuk aktif kembali atau membentuk kavitasi. Beberapa nodul fibrokaseosa membentuk pengapuran, atau osifikasi yang dapat terlihat jelas pada foto rontgen dada.

Infeksi TB Primer
Bila tubuh inang tidak mampu untuk menahan infeksi awal, penderita akan mengalami infeksi TB primer yang progresif. Eksudat bersifat purulen disertai sejumlah besar basil tahan asam yang dapat ditemukan dalam sputum dan jaringan paru.  Granuloma subserosa dapat ruptur dan masuk ke dalam ruang pleura atau perikardia, dan menimbulkan inflamasi ataupun efusi serosa. Keadaan ini menjadikan penatalaksanaan TB sangat sulit karena kemungkinan rekurensi penyakit setelah infeksi primer teratasi tetap tinggi.  [3-5]
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar